Parangtambung Literature Clinic (PLC) Reborn, Proyek "1 Tahun Membaca Indonesia Melalui Novel" Segera Dihelat

Makassar, 12/10/2025– Komunitas literasi yang pernah mewarnai dinamika geliat sastra di Makassar, Parangtambung Literature Clinic (PLC), kini hadir kembali dengan visi yang lebih matang. Kembalinya komunitas yang sempat eksis sejak 2015 ini ditandai dengan peluncuran proyek besar bertajuk "1 Tahun Membaca Indonesia Melalui Novel," sebuah gerakan yang bertujuan menumbuhkan budaya membaca dan melahirkan pembaca kritis di kalangan mahasiswa hingga masyarakat umum.
Inisiasi ini memperlihatkan bahwa semangat literasi tidak pernah benar-benar padam, tetapi menunggu waktu, menemukan bentuk, serta generasi baru. "PLC (Parangtambung Literature Clinic) Reborn. Komunitas ini mulai bertumbuh pada tahun 2015, menandai dinamika geliat literasi di Makassar. Semenjak eksis, komunitas ini kerap berdiskusi mengenai literasi dan sastra, hingga melahirkan sejumlah penulis muda dengan semangat eksperimental dan independen," ujar Supratman Yusbi Yusuf, Direktur Subaltern Institute, yang juga ikut berkontribusi dalam gerakan ini.
Menurut Supratman, PLC pada masanya tak sekadar menjadi ruang pertemuan, tetapi juga laboratorium ide bagi para penulis, pembaca, dan pegiat seni untuk berdialog lintas disiplin. "Kelahirannya kembali memperlihatkan bahwa semangat literasi tak pernah benar-benar padam, tetapi menunggu waktu, menemukan bentuk, serta generasi baru. PLC hadir kembali dengan visi yang lebih matang. Terutama terlihat melalui Projek '1 Tahun Membaca Indonesia Melalui Novel', sebuah gerakan yang dalam satu tahun ke depan berupaya menumbuhkan budaya membaca dari mahasiswa hingga masyarakat umum. Diharapkan muncul pembaca kritis yang tidak hanya menikmati teks, tetapi juga memaknai dan menciptakannya kembali. PLC dengan gelombang baru penulis mudanya," tambahnya.
Proyek "1 Tahun Membaca Indonesia Melalui Novel" ini akan fokus pada upaya "Menemukan potret zaman dari 50 novel 1922-2019," sebagaimana tertera pada poster yang telah disebar.
Anas Regandhi, seorang penulis dan guru yang juga merupakan salah satu inisiator, berbagi pengalamannya tentang PLC di masa lalu dan harapan untuk proyek ini. "Pengalaman penting PLC 2015 adalah menyatunya beragam misi dari semua anggota yang bergerak pada visi yang sama. Para penulis pemula punya lingkaran untuk membongkar karyanya dari berbagai sisi sebelum dipublikasikan," kata Anas.
Ia juga mengungkapkan harapannya terhadap proyek membaca satu tahun ini. "Harapan proyek membaca 1 tahun adalah pertama, minat baca kembali bergelora setelah ditekuk oleh kesibukan. Kedua, bisa menyelami karya-karya sastra yang lahir pada habitat sosialnya masing-masing," lanjut Anas.
Semangat kebangkitan PLC ini juga disambut baik oleh akademisi sastra. Nurlailatul Qadriani, Dosen Sastra Universitas Haluoleo, yang juga merupakan bagian dari Parangtambung Literature Clinic (PLC) pada tahun 2015 dan pendiri "Rumah Bunyi" Kendari yang bergerak di bidang literasi dan penerbitan buku, turut memberikan pandangannya.
"Semangat yang dibawa oleh PLC dan proyek 'Membaca Indonesia Melalui Novel' ini adalah respons terhadap pentingnya melihat sastra bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai cermin sosial dan sejarah bangsa. Membaca novel-novel dari rentang waktu 1922 hingga 2019 memungkinkan kita menelusuri bagaimana Indonesia dibentuk, dirasakan, dan dituliskan oleh para pengarangnya. Ini adalah langkah penting untuk memperkuat fondasi literasi kritis di tengah masyarakat kita," ujar Nurlailatul Qadriani.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Subaltern Institute, Rumah Bunyi, dan sejumlah pegiat sastra lainnya, kebangkitan PLC melalui "1 Tahun Projek" ini diharapkan mampu menciptakan gelombang baru dalam dunia literasi Indonesia, melahirkan generasi pembaca dan penulis yang lebih peka terhadap konteks sosial dan sejarah bangsanya.
Comments (0)
There are no comments yet