Frederik Kalalembang Gerak Cepat, Dorong Telkomsel Perkuat Jaringan di Jalur Rawan Longsor Palopo–Toraja

PALOPO — Jalur penghubung antara Kota Palopo dan Kabupaten Toraja bukan sekadar lintasan wisata alam, tetapi juga nadi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat pegunungan Sulawesi Selatan. Namun di balik keindahannya, jalur tersebut menyimpan dua ancaman senyap: rawan longsor dan lemahnya jaringan komunikasi. Banyak warga yang mengeluh karena di beberapa titik, sinyal seluler sering hilang total, membuat mereka seolah hidup di balik tembok sunyi teknologi.
Melihat hal itu, Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat, Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang, langsung mengambil langkah konkret. Dalam masa resesnya, ia telah berkomunikasi dengan Direktur Utama Telkomsel, Nugroho, di Jakarta, untuk menyampaikan langsung aspirasi masyarakat yang resah atas kondisi tersebut. “Bagi masyarakat di pegunungan, sinyal bukan soal gaya hidup digital, tapi alat penyelamat ketika bencana datang,” ujar Frederik, Jumat (17/10/2025).
Frederik kemudian mengurai satu per satu wilayah yang menjadi perhatian. Battang Barat (KM 24 Palopo), dengan koordinat -3.04780, 120.09069, disebut sebagai titik paling sering kehilangan sinyal. Ruas jalan ini berada di kawasan hutan pegunungan, berkelok tajam dan menanjak curam. “Begitu kendaraan masuk tanjakan, sinyal langsung lenyap. Padahal, di musim hujan, longsor sering terjadi. Tanpa komunikasi, warga tidak bisa meminta bantuan dengan cepat,” ujarnya menegaskan.
Sementara itu, Batusitanduk (-3.17352, 120.12446) menjadi jalur alternatif yang menghubungkan Palopo dengan perbatasan Toraja. Di kawasan perbukitan ini, sinyal sering drop di tikungan-tikungan tajam dan lembah. Padahal, jalur ini sering dilalui kendaraan logistik dan warga yang beraktivitas antarwilayah. Kondisi ini, menurut Frederik, menuntut perhatian lebih karena setiap gangguan komunikasi di wilayah berisiko longsor berarti memperpanjang waktu evakuasi jika terjadi bencana.
Lebih jauh ke utara, Dusun Malua, Kecamatan Nanggala (-2.88524, 120.02838) di Toraja Utara, juga masuk dalam radar daerah blank spot. Area ini terletak di antara tebing tinggi dan lembah sempit, membuat sinyal sering tak muncul sama sekali. Selain rawan longsor, wilayah ini juga merupakan jalur vital bagi pengangkutan hasil pertanian dan peternakan. “Ketika longsor menutup jalan, masyarakat hanya bisa menunggu tanpa tahu kapan bantuan datang karena tidak ada sinyal sama sekali,” kata Frederik, menggambarkan urgensi komunikasi darurat di sana.
Pertemuan anggota DPR RI Fraksi Partai demokrat Irjen Pol (P) Drs Frederik Kalalembang dengan Dirut Telkomsel Nugroho membahas tentang penanganan blank spot di Dapil 3 Sulsel.
Tidak kalah penting, lembah Sa’dan (-2.77368, 119.84154), jalur utama menuju Rantepao, menjadi rute panjang dengan sejumlah titik kehilangan sinyal. Kawasan ini selain dikenal dengan pesona alamnya, juga merupakan daerah padat aktivitas masyarakat. Menurut Frederik, sinyal yang kuat di wilayah ini akan mendukung sektor pariwisata dan pertanian Toraja yang semakin berkembang. “Ketika wisatawan datang, mereka juga membawa ekspektasi akan akses informasi yang lancar. Maka komunikasi menjadi bagian dari infrastruktur ekonomi,” jelasnya.
Sedangkan Rantepao (-2.97065, 119.89780), pusat aktivitas masyarakat Toraja, meski sebagian besar wilayahnya sudah terlayani jaringan seluler, masih menyisakan titik lemah di bagian pinggiran utara kota. Area perbukitan yang tertutup kabut sering kali membuat sinyal lemah, terutama di jalur ke desa-desa wisata. Frederik menilai, memperkuat jaringan di Rantepao bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga kesiapsiagaan bencana. “Bayangkan bila terjadi longsor atau kebakaran hutan, sementara komunikasi terputus. Kita tak bisa menunggu sampai ada korban baru bertindak,” katanya.
Baca juga:
SMPN 8 Makassar Kebakaran
Dalam pandangan Frederik, pembangunan jaringan komunikasi di daerah rawan bukan semata urusan teknis, melainkan bagian dari tanggung jawab moral dan sosial negara. “Negara harus hadir, bahkan di wilayah di mana sinyal pun enggan singgah. Karena di sanalah rakyat menunggu untuk didengar,” ujarnya lagi.
Ia berharap Telkomsel dapat bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta pemerintah daerah untuk mempercepat pemerataan akses digital di Sulawesi Selatan bagian utara.
“Komunikasi yang lancar bukan hanya tentang bicara, tapi tentang rasa aman. Saat longsor datang, saat warga butuh pertolongan, suara pertama yang terdengar bisa jadi penyelamat nyawa,” tutup Frederik Kalalembang dengan penuh empati.
Sementara itu, Dirut Telkomsel, Nugroho, saat bertemu dengan Frederik merespons positif aspirasi itu. Ia menyatakan kesiapannya untuk mengirim tim survei teknis dan mengevaluasi titik-titik lemah yang dilaporkan. “Kami akan bantu dan tindak lanjuti. Ini bukan sekadar soal jaringan, tetapi soal keselamatan dan keberlanjutan hidup warga,” tegasnya. Pertemuan tersebut menandai sinergi antara wakil rakyat dan sektor strategis telekomunikasi untuk memastikan kehadiran negara terasa sampai di wilayah terpencil.
Di tempat terpisah, seorang warga Nurwahida menyampaikan apresiasi mendalam terhadap respon cepat anggota DPR RI Irjen Pol (P) Drs Frederik Kalalembang yang menyerap aspirasi masyarakat. Menurut dia, sudah lama aspek komunikasi dan jaringan menjadi hal yang sangat dibutuhkan masyarakat yang berada di wilayah antara Palopo-Toraja Utara.
“Terkadang kita merasa was-was apabila melewati jalur itu karena takut ada longsor dan juga kurangnya sinyal. Semoga aspirasi yang kami sampaikan melalui bapak Frederik bisa terealisasi dengan baik oleh pihak provider,” harapnya. (*)
Comments (0)
There are no comments yet