Makassar Biennale 2025 Gelar REVIVAL, Bangkitkan Kekuatan Seni dan Warisan Purba untuk Jawab Tantangan Kota

Ramli - News
16 November 2025 18:34
Direktur Makassar Biennale, Dr. Sn. Irfan Palippui, SS., M.Hum

MAKASSAR – Dunia seni Indonesia kembali diramaikan oleh perhelatan akbar Makassar Biennale 2025 yang mengusung tema "REVIVAL". Perhelatan dua tahunan ini akan berlangsung selama dua minggu, mulai 17 hingga 30 November 2025, dengan serangkaian acara seperti simposium internasional, intervensi ruang publik, lokakarya, dan pertunjukan seni.

Direktur Makassar Biennale, Irfan Palippui, menegaskan bahwa "REVIVAL" atau kebangkitan bukan sekadar jargon. Tema ini diusung untuk mempertanyakan kembali arti seni dan warisan budaya dalam kehidupan sehari-hari warga kota.

"Apa arti glorifikasi temuan arkeologis atau puisi liris La Galigo jika tidak terkonfigurasi dalam semua aspek kehidupan?" ujar Irfan dalam siaran persnya, Jumat (15/11/2025). "Kita bilang ini 'REVIVAL' karena kita tahu konsekuensi kemanusiaan itu adakalanya jatuh, lalu bangkit harus menjadi jalan keluarnya."


Yang membuat perhelatan kali ini istimewa adalah upayanya menghubungkan warisan intelektual dan artistik masa lalu Sulawesi Selatan yang mengagumkan dengan isu-isu kontemporer. Irfan menyoroti lukisan gua purba (Cave Paintings) di Leang Karampuang yang berusia 51.200 tahun disebut sebagai yang tertua di dunia serta peradaban di Soppeng dan epos La Galigo.

"Semua temuan peradaban tertua ini memungkinkan kita bilang bahwa peradaban itu dimulai dari sini, Out of Nusantara," tegasnya. "Pendahulu kita itu cerdas dan kreatif! Kecerdasan itulah yang harusnya menubuh dalam laku kita hari ini untuk mengatasi banyak hal, termasuk isu-isu ketidaksetaraan."

Memperkuat visi kritis tersebut, Kurator Andi Faisal Paskori menyatakan bahwa Makassar Biennale 2025 mengambil posisi politik yang jelas.

“Ini adalah interupsi atas segala bentuk penetapan tatanan sosial politik yang mendistribusikan bagian mana yang berhak disebut bagian dan bukan bagian,” jelas akademisi Universitas Hasanuddin itu. “Makassar Biennale adalah politik dan praksis kesetaraan melalui jalan rezim estetika seni untuk tujuan emansipasi bagi semua.”

Publik dapat menyaksikan dan terlibat dalam berbagai program yang dirancang untuk memecah keheningan ruang publik. Beberapa highlight-nya antara lain:

Baca juga:
Gerindra Sulsel Blak-blakan Soal Usungan Calon di Pilgub Sulsel

1. Pembukaan & Simposium Internasional : Senin, 17 November 2025 di Auditorium Kalla Institute. Menghadirkan keynote lecture dari Professor Tom Murray (Macquarie University, Australia) dan pemutaran film "MAREGE: Awaiting Macassan" yang disutradarai Ahmad Wildan Noumeiru.


2. Live Murals : Enam seniman muda Makassar akan menciptakan mural langsung di berbagai lantai Nipah Mall.


3. Performance Art : Seniman Asia Ramli Prapanca dan kolega akan melakukan intervensi ruang publik di lokasi-lokasi strategis dan dirahasiakan, memberikan elemen kejutan bagi warga kota.


4. Forum & Workshop : Termasuk Forum Kurator, diskusi "Out of Nusantara" dengan arkeolog Yadi Mulyadi, serta Kelas Penulisan Kuratorial dan Workshop Tata Kelola Arsip.

Makassar Biennale 2025 terselenggara atas kerja sama berbagai pihak seperti Yayasan Makassar Biennale, FSD UNM, Dewan Kesenian Sulsel, dan didukung oleh Pemerintah Kota Makassar yang sekaligus merayakan Hari Jadinya yang ke-418.

Masyarakat umum, pegiat seni, akademisi, dan mahasiswa diundang untuk hadir dan meramaikan perhelatan seni terbesar di Indonesia Timur ini. Jadwal lengkap dan informasi terbaru dapat diakses di akun Instagram @makassarbiennale.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment