Makassar Biennale Kembali ke Khittah dengan Tema "Ruang Antara"

MAKASSAR — Setelah melewati serangkaian polemik dan kritik, Makassar Biennale berupaya mengembalikan marwahnya sebagai forum seni rupa dengan mengusung tema "In Between Line" atau "Ruang Antara" untuk penyelenggaraan tahun 2025. Tema ini diusulkan sebagai metafora untuk mengambil kembali narasi sejarah seni rupa Makassar yang selama ini dianggap kosong.
Rencana ini muncul dari serangkaian diskusi yang melibatkan para seniman dan tokoh seni Makassar. Mereka sepakat untuk mengadakan Biennale yang sebelumnya dinilai telah menyimpang dari esensi utamanya. Acara ini direncanakan sebagai upaya untuk membuktikan bahwa Makassar Biennale yang diselenggarakan sebelumnya adalah "palsu".
Firman Jamil, seorang tokoh seni rupa yang didapuk untuk menjadi direktur artistik acara ini, menyatakan bahwa langkah ini penting untuk menyadarkan teman-teman pengurus lama yang telah memberikan estafet kepemimpinan kepada Jimpe. "Biennale ini harus dihentikan karena tidak berjalan dengan benar," ujarnya. Para seniman merasa jalur kesenian mereka telah dipotong dan dihancurkan oleh manuver-manuver politik yang terjadi di dalam penyelenggaraan acara sebelumnya.
Baca juga:
Pertamina Patra Niaga-Polda Sulsel Jalin Sinergi Distribusi BBM dan LPG
Biennale ini akan berfokus pada isu-isu yang jelas dan kuat, meskipun pelaksanaannya direncanakan secara sederhana. Selain pameran seni, acara ini juga akan melibatkan komunitas dan individu dari berbagai latar belakang, termasuk non-perupa. Sejumlah tokoh dan seniman, termasuk Rimba Kasumba, Andi Agung, Faisal Syarif, Jamal Kalam, Irwan AR, Andri Prakarsa,dan masih banyak lagi yang belum disebut, menyatakan dukungannya dan siap berpartisipasi dalam upaya ini.
Langkah-langkah konkret yang akan diambil mencakup perbaikan legalitas Yayasan Makassar Biennale dan melayangkan surat ke inspektorat kebudayaan RI agar memeriksa pelaksanaan event sebelumnya atas dugaan penggunaan dana publik secara tidak sah. "Hack politis” yang dilakukan Jimpe harus dibalas dengan politis pula, yang paling efektif adalah melalui jalur inspektorat kebudayaan," kata salah satu peserta diskusi. Dengan tema "Ruang Antara," Makassar Biennale 2025 diharapkan dapat menjadi momen pemulihan dan penegasan kembali identitas seni rupa Makassar yang otentik.
Comments (0)
There are no comments yet